PGSD UMK Gelar Seminar Nasional Implementasi Merdeka Belajar

PGSD UMK Gelar Seminar Nasional

Implementasi Merdeka Belajar

 

Kamis (18/8), Program Studi PGSD Universitas Muria Kudus menyelenggarakan Seminar Nasional sebagai salah satu upaya untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Seminar yang bertempatkan di hotel @Home Kudus ini mengangkat tema “Implementasi Merdeka Belajar dalam Membangun Karakter Anak Pasca Pandemi di Era Society 5.0.

Ketua Panitia Penyelenggara Seminar, Ahmad Bakhruddin menerangkan bahwa penyelenggaraan seminar ini bertujuan untuk menyusun formula kurikulum merdeka belajar sekaligus untuk memperingati Dies Natalis PGSD UMK yang ke-13. Lebih lanjut, dirinya menjelaskan bahwa kurikulum merdeka belajar tergolong baru sehingga diperlukan adanya sosialisasi. Apalagi dengan munculnya berbagai tantangan di era pasca pandemi dan era society 5.0 ini, karakter anak menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dibangun dan dikuatkan. “Kurikulum merdeka belajar ini cenderung baru, sehingga perlu penyesuaian dan penyusunan formula yang tepat. Apalagi di era pasca pandemi ini karakter anak banyak mengalami perubahan yang signifikan sehingga perlu dibangun dan dikuatkan, “tuturnya.

Sementara itu seorang pakar kurikulum merdeka belajar, Zuhdan Kun Prasetyo menjelaskan bahwa karakter anak hanya dapat dibangun melalui pembiasaan-pembiasaan baik dalam belajar. Oleh karena itu, guru dituntut mampu untuk memahami gaya belajar siswa serta mampu menyesuaikan model mengajarnya. “Anak justru akan lebih tertarik belajar jika guru mampu memberikan inovasi, kreativitas, serta ide-ide baru dalam mengajar, “ucapnya. Lebih mendalam lagi, dirinya menjelaskan bahwa guru wajib memahami karakteristik dan gaya belajar yang ada pada siswanya, seperti gaya belajar visual, auditori, maupun kinestetik. Di samping itu, guru juga dapat memanfaatkan media dan teknologi untuk meningkatkan minat belajar siswa.

 Selanjutnya, Ahmad Faiz dari Pondok Tahfidz Yanbu’ul Quran Kudus menyatakan bahwa pembangunan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, dan lain-lain. Lebih lanjut lagi dirinya menerangkan tentang metode pembangunan karakter di pondok pesantren, yaitu keteladanan, pembiasaan, nasihat dan mauidhoh hasanah, serta targhib dan tarhib. ” Pesantren juga melakukan upaya untuk menyongsong era baru, diantaranya yaitu membangun literasi digital di pesantren dan membuat channel kajian keislaman, “imbuhnya.

Kemudian, seorang dosen PGSD UMK, Imaniar Purbasari menjelaskan tentang budaya adaptif mahasiswa dalam aktivitas dan kreativitas program merdeka belajar terbagi ke dalam dua tipe yaitu adaptif dan non-adaptif. Dapat dikatakan adaptif jika mahasiswa memiliki kepekaan terhadap perubahan, mau mengawali, bahkan mendukung perubahan. Sedangkan dikatakan non-adaptif jika mahasiswa cenderung menutup diri, bahkan menolak perubahan, serta tidak memiliki inisiatif dalam bekerja. “Implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Universitas Muria Kudus antara lain: magang industri, asisten mengajar, program kewirausahaan, pertukaran mahasiswa internasional, pertukaran mahasiswa merdeka, serta kampus mengajar,” paparnya.